Sunday, May 20, 2012

Tugas M.K Translation II - semi fiksi- Indonesia

Pengalaman paling mengesankan selama PPL di SMA Negeri 3 Poso

Pertama kalinya saya memulai proyek menulis ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Translation, saya rasanya malas sekali. Bukan karena tidak ingin mengerjakan, tapi dikarenakan harus mengingat kembali hal-hal menyenangkan yang terjadi selama kami PPL. Yup, proyek menulis kali ini bisa dikatakan berjudul “Memorable memories selama PPL”. Kenapa tidak menyenangkan untuk mengingat hal-hal tersebut? Karena menurut saya pribadi, setiap hari selama waktu 2 bulan itu semuanya menyenangkan. Tak satu hari pun saya lewatkan dengan ketidakbahagiaan. Jadi, malasnya ya karena bingung mau menceritakan kejadian menyenangkan yang mana. Dan setelah diberi saran oleh adik sepupu saya, Nia, yang juga siswa saya ketika PPL akhirnya saya memutuskan satu hal yang paling menyenangkan yang pernah terjadi dalam 2 bulan masa tugas saya sebagai seorang guru bahasa Inggris di SMA Negeri 3 Poso.
Hari itu adalah hari kamis di minggu ke-3 semenjak saya pertama kalinya datang di SMA Negeri 3 Poso. Pada hari tersebut, seharusnya saya mengajar di kelas 10 A pada jam pelajaran ke 3 dan 4, itu berarti sekitar jam 8 hingga jam 10 pagi. Sayangnya, saya memiliki jadwal kuliah tepat di jam tersebut. Saya dilemma, mau masuk mengajarkah atau ke kampus untuk kuliah. Pada saat itu jam kuliah kami masih lumayan susah untuk mengikuti jadwal mengajar kami sebagai guru PPL. Jadi dosen yang mengajar mata kuliah tersebut meminta kami untuk tetap hadir sesuai jadwal saja dan berencana akan mendiskusikan masalah pemindahan jadwal kuliah agar tidak mengganggu jadwal mengajar.
Akhirnya saya putuskan untuk ke kampus saja. Agar siswa-siswa saya tidak ketinggalan materi yang seharusnya saya ajarkan, sebelum ke kampus saya menyempatkan untuk masuk ke dalam kelas, mengecek daftar hadir mereka lalu meminta izin karena tidak bisa memenuhi jam mengajar saya. Saya memberikan mereka tugas agar dapat dikerjakan selama waktu 2 jam tersebut. Tak kehabisan akal, saya juga meminta pendapat mereka tentang membuat kelas tambahan di sore hari. Hal ini ditujukan untuk melunasi jadwal mengajar yang saya lewati. Kesepakatan dengan mereka pun saya dapatkan. Kami akan melaksanakan kelas tambahan pada hari sabtu jam 4 sore.
Ketika hari sabtu tiba, saya meminta Fiadwita untuk mengingatkan kembali teman-temannya agar tidak lupa dengan jadwal kelas tambahan kami. Dari info yang diberikan Fiadwita membuat saya merasa lumayan sedih karena menurutnya teman-temannya seperti tak peduli. Dan katanya lagi, “Sepertinya hanya sedikit yang akan datang, Bu. Beberapa orang akan mengikuti kegiatan camping untuk pramuka sekolah, ada yang mengikuti ekstrakurikuler kecantikan, dan ada juga yang rumahnya di daerah pesisir jadi mungkin tidak bisa datang.”
Tapi saya tidak langsung menyerah. Hari sabtu sore jam setengah 4 saya sudah menunggu mereka di kelas. Hanya berdua dengan Fiadwita yang memang saya jemput untuk pergi bersama. Selang beberapa menit, satu persatu dari mereka mulai datang. Hampir setengah. Lalu diikuti oleh siswa lain yang menurut Fiadwita tak akan sempat hadir karena alas an-alasan tadi. Yang anggota Pramuka mengatakan, “Kami menyempatkan diri untuk hadir, Bu. Lagipula kami berangkat menuju lokasi bisa ikut dengan kloter ke 2, jadi berangkatnya bisa jam stengah 6 sore.” Lalu mereka yang ekstrakurikuler kecantikan pun mengatakan, “Kami sudah ikut jadwal siang, Bu, meskipun jadwal kecantikan untuk kelas 10 adalah jam 4 sore, untunglah kami diizinkan jadi sore sudah selesai dan bisa hadir sekarang.”
Dan masih banyak lagi perkataan-perkataan yang hari itu membuat saya senang dan terharu. Saya hanya tidak menyangka bahwa mereka semuanya akan hadir dan memenuhi kelas saya. Dengan kehadiran mereka, sudah menjawab pertanyaan saya di dalam hati yaitu, “apakah mereka suka ketika saya mengajar? Apakah mereka akan dengan senang hati datang untuk menerima ilmu yang akan saya berikan sore ini? Apakah 2 minggu keberadaan saya di antara mereka memberikan arti tentang guru dan murid?”
Pada hari itu juga saya mulai mengerti tentang perkataan kepala SMA Negeri 3 Poso ketika pertama kali menyambut kedatangan kami, “Menjadi seorang guru bukan untuk ditakuti tapi untuk dihormati. Ketika mereka menghormati kalian, dengan senang hati mereka akan meresap apa-apa yang kalian ajarkan dan ingatlah, siswa hanya akan mengatakan “Saya suka dengan guru itu” karena keluasan wawasan yang kita tunjukkan pada mereka.”
Tidaklah sia-sia usaha saya meskipun baru 2 minggu berbagi ilmu dengan mereka dan menjaga wibawa di depan mereka, pada akhirnya mereka bisa menghormati saya layaknya guru mereka yang sesungguhnya.
   Warmest,
Winda

No comments: