Showing posts with label Study. Show all posts
Showing posts with label Study. Show all posts

Sunday, July 22, 2012

The Importance of Cross Cultural Understanding

Why do we need to learn about Cross-Cultural Understanding? This is my opinion:

We realize that every culture has its uniqueness of each. But it is often mutually contradictory. In one particular cultural attitude is acceptable, but not in other cultures.
I feel the importance of cross-cultural understanding so that those differences do not result in problems or misunderstandings for both parties involved. In many cases, cultural conflict can be found in various places in Indonesia that has a lot of culture. Therefore, anyone, and especially the students need to learn about cross-cultural understanding so that they can understand the cultural differences as an opportunity to enrich the culture and arts of human life.
I agree about cross-cultural coaching, because I think it is a starting point to know each other, not just visible to the eye, but the whole of one's personal, that's different cultural backgrounds. The introduction of the culture of each ethnic group in Indonesia by an Indonesian citizen is important. Because, multiculturalism is the inherent feature of Indonesia. And as the nation's assets have been able to become a force to unite our nation in a nation state with a form of unity.
But an understanding of our national culture is still very limited. Therefore, it is necessary to start early introduction to all citizens of the nation in order to understand the cultural diversity of the nation will realize that each has a meaning in life. Knowledge about this very important, if I were the perpetrators are confronted with the reality as social beings rather than just individual creatures. If I'm not careful, my understanding as human beings to other human beings of different cultures will certainly cause problems.
I believe that all cultures are good, just how we put it. If all this goes well, it will enrich the understanding of each other, not judge "my culture is the best". In the end, it will raise awareness of community life of mutual respect, understanding and cooperation.


Untuk yang butuh materi lebih lanjut dan lebih lengkap ttg Cross-Cultural Understanding (berdasarkan paper yang saya buat), silakan mengunjungi tumblr saya. Direct link, click:

Monday, May 21, 2012

Tugas M.K Translation II - semi fiksi- English

A most impressive story of PPL in SMA Negeri 3 Poso

The first time I started writing this project as an assignment for Translation, I felt very lazy. Not because I don’t want to do it, but due to the need to recall the fun things that happened during PPL. Well, this paper can be said to be titled "Memorable memories for PPL". Why not pleasant to remember these things? Because personally, I think, every day for 2 months was all fun. Not a single day I spend with unhappiness. So, I'm lazy to do it because I was confused to tell the story of the most enjoyable. And after being given advice by my cousin, Fiadwita, which is also my students when PPL, I finally decided one of the most exciting thing that ever happened in 2 months of my job as an English teacher at SMA Negeri 3 Poso.
That day is Thursday in the third week since I first set foot in SMA Negeri 3 Poso. On that day, I was supposed to be taught in grade tenth class A, at the lessons to 3 and 4, that means about 8 to 10 am. Unfortunately, I have a college class schedule at this time. I felt dilemma, I would teach or go to college? At that time, our class schedules are still pretty hard to match our teaching schedule as a teacher of PPL. Thus, our lecturer who teaches the course asked us to remain present course schedule and plans to discuss the transfer of class schedules that will not disrupt the teaching schedule.
Finally, I decided to go to college. And in order to make my students don’t miss the material, which should I teach in the day, before going to college I took time to get into the class, check the attendance list and then ask for permission because I couldn’t fulfill my teaching hours. I gave them the task to be done during time of 2 hours. I didn’t lose my wits, I also asked their opinion about creating additional classes in the afternoons, after school. It is intended to pay off my teaching schedule is passed. I have to get a deal with them. We will implement additional classes on Saturdays at 4 pm.
When Saturday arrived, I asked Fiadwita to remind her friends so they won’t forget with our additional class. Based on information provided by Fiadwita, make me feel quite sad because she thought her friends seemed not to care. And she said, "It seems like only a few will come, ma'am. Some people will follow for scout camping activities, there’s the following beauty extracurricular, and some are living in coastal areas, so maybe they won’t come. "
But I didn’t immediately surrender. Saturday afternoon at half past four I was waiting for them in the classroom. Just me and Fiadwita, I did pick her up to go with. After a few minutes, some students began to come. Almost a half of them. Then followed by another student who according to information from Fiadwita, won’t have time to attend for reasons earlier. A member of the Scouts said, "We are taking the time to come, ma'am. Anyway, we went to the location with the departure for the second turn, it is at 5.30 pm.”
Then those who follow beauty extracurricular said," We have participated in the daytime schedule, Mom, even though beauty schedule for class 10 at 4 pm, luckily we were allowed, so it’s now completed and we can be present.”
And many more sayings that make me happy and thrilled. I just don’t think that they all will come and meet my class. With their presence, already answered the question in my mind, "Did they like when I’m teaching? Will they be happy to come to receive the knowledge that I’ll give this afternoon? Is two weeks since my presence among them could provide the sense of teachers and students?”
On that day, I began to understand the words of the head of SMA Negeri 3 Poso when first greeted our arrival, "Being a teacher isn’t to be feared but to be respected. When they respect you, they will gladly soak anything that you teach and remember, students will just say, I like that teacher, only because of the breadth of knowledge that we show them.”
It didn’t waste my efforts even though only two weeks to share knowledge with them and keep my dignity in front of them; in the end they can respect me as their real teacher.
 Warmest,
Winda

Sunday, May 20, 2012

Tugas M.K Translation II - semi fiksi- Indonesia

Pengalaman paling mengesankan selama PPL di SMA Negeri 3 Poso

Pertama kalinya saya memulai proyek menulis ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Translation, saya rasanya malas sekali. Bukan karena tidak ingin mengerjakan, tapi dikarenakan harus mengingat kembali hal-hal menyenangkan yang terjadi selama kami PPL. Yup, proyek menulis kali ini bisa dikatakan berjudul “Memorable memories selama PPL”. Kenapa tidak menyenangkan untuk mengingat hal-hal tersebut? Karena menurut saya pribadi, setiap hari selama waktu 2 bulan itu semuanya menyenangkan. Tak satu hari pun saya lewatkan dengan ketidakbahagiaan. Jadi, malasnya ya karena bingung mau menceritakan kejadian menyenangkan yang mana. Dan setelah diberi saran oleh adik sepupu saya, Nia, yang juga siswa saya ketika PPL akhirnya saya memutuskan satu hal yang paling menyenangkan yang pernah terjadi dalam 2 bulan masa tugas saya sebagai seorang guru bahasa Inggris di SMA Negeri 3 Poso.
Hari itu adalah hari kamis di minggu ke-3 semenjak saya pertama kalinya datang di SMA Negeri 3 Poso. Pada hari tersebut, seharusnya saya mengajar di kelas 10 A pada jam pelajaran ke 3 dan 4, itu berarti sekitar jam 8 hingga jam 10 pagi. Sayangnya, saya memiliki jadwal kuliah tepat di jam tersebut. Saya dilemma, mau masuk mengajarkah atau ke kampus untuk kuliah. Pada saat itu jam kuliah kami masih lumayan susah untuk mengikuti jadwal mengajar kami sebagai guru PPL. Jadi dosen yang mengajar mata kuliah tersebut meminta kami untuk tetap hadir sesuai jadwal saja dan berencana akan mendiskusikan masalah pemindahan jadwal kuliah agar tidak mengganggu jadwal mengajar.
Akhirnya saya putuskan untuk ke kampus saja. Agar siswa-siswa saya tidak ketinggalan materi yang seharusnya saya ajarkan, sebelum ke kampus saya menyempatkan untuk masuk ke dalam kelas, mengecek daftar hadir mereka lalu meminta izin karena tidak bisa memenuhi jam mengajar saya. Saya memberikan mereka tugas agar dapat dikerjakan selama waktu 2 jam tersebut. Tak kehabisan akal, saya juga meminta pendapat mereka tentang membuat kelas tambahan di sore hari. Hal ini ditujukan untuk melunasi jadwal mengajar yang saya lewati. Kesepakatan dengan mereka pun saya dapatkan. Kami akan melaksanakan kelas tambahan pada hari sabtu jam 4 sore.
Ketika hari sabtu tiba, saya meminta Fiadwita untuk mengingatkan kembali teman-temannya agar tidak lupa dengan jadwal kelas tambahan kami. Dari info yang diberikan Fiadwita membuat saya merasa lumayan sedih karena menurutnya teman-temannya seperti tak peduli. Dan katanya lagi, “Sepertinya hanya sedikit yang akan datang, Bu. Beberapa orang akan mengikuti kegiatan camping untuk pramuka sekolah, ada yang mengikuti ekstrakurikuler kecantikan, dan ada juga yang rumahnya di daerah pesisir jadi mungkin tidak bisa datang.”
Tapi saya tidak langsung menyerah. Hari sabtu sore jam setengah 4 saya sudah menunggu mereka di kelas. Hanya berdua dengan Fiadwita yang memang saya jemput untuk pergi bersama. Selang beberapa menit, satu persatu dari mereka mulai datang. Hampir setengah. Lalu diikuti oleh siswa lain yang menurut Fiadwita tak akan sempat hadir karena alas an-alasan tadi. Yang anggota Pramuka mengatakan, “Kami menyempatkan diri untuk hadir, Bu. Lagipula kami berangkat menuju lokasi bisa ikut dengan kloter ke 2, jadi berangkatnya bisa jam stengah 6 sore.” Lalu mereka yang ekstrakurikuler kecantikan pun mengatakan, “Kami sudah ikut jadwal siang, Bu, meskipun jadwal kecantikan untuk kelas 10 adalah jam 4 sore, untunglah kami diizinkan jadi sore sudah selesai dan bisa hadir sekarang.”
Dan masih banyak lagi perkataan-perkataan yang hari itu membuat saya senang dan terharu. Saya hanya tidak menyangka bahwa mereka semuanya akan hadir dan memenuhi kelas saya. Dengan kehadiran mereka, sudah menjawab pertanyaan saya di dalam hati yaitu, “apakah mereka suka ketika saya mengajar? Apakah mereka akan dengan senang hati datang untuk menerima ilmu yang akan saya berikan sore ini? Apakah 2 minggu keberadaan saya di antara mereka memberikan arti tentang guru dan murid?”
Pada hari itu juga saya mulai mengerti tentang perkataan kepala SMA Negeri 3 Poso ketika pertama kali menyambut kedatangan kami, “Menjadi seorang guru bukan untuk ditakuti tapi untuk dihormati. Ketika mereka menghormati kalian, dengan senang hati mereka akan meresap apa-apa yang kalian ajarkan dan ingatlah, siswa hanya akan mengatakan “Saya suka dengan guru itu” karena keluasan wawasan yang kita tunjukkan pada mereka.”
Tidaklah sia-sia usaha saya meskipun baru 2 minggu berbagi ilmu dengan mereka dan menjaga wibawa di depan mereka, pada akhirnya mereka bisa menghormati saya layaknya guru mereka yang sesungguhnya.
   Warmest,
Winda

Saturday, April 23, 2011

IMPLISIT dan EKSPLISIT. Maksudnya? Contohnya? Untuk Apa?

“Analisis Makna Implisit Pada Novel A Thousand Splendid Suns Karya Khaled Hosseini dan Terjemahannya”

Analisis makna implisit pada ….., implisit? Apaan tuh?
Bingung? Sama, saya juga bingung..
Setelah browsing sana-sini, singkatnya pengertian dari implisit (sekalian eksplisit deh, sobatnya gak bisa dipisahin) itu adalah:
Implisit : maknanya tersirat alias nggak bisa langsung diketahui apa makna katanya makanya harus kita pahami lagi.
Eksplisit : maknanya tersurat atau sudah jelas dan bisa langsung diketahui dari kata-kata yang tertulis.
Contohnya :
Implisit :
-  Orang itu masuk ke rumah sakit setelah diitik-itik celurit
-  Mak lampir bekerja banting tulang untuk sesuap nas
Eksplisit :
-  Orang itu masuk ke rumah sakit setelah ditusuk celurit
-  Mak lampir bekerja keras untuk mendapat uang
(Source : klik di SINI !!)

Sebenarnya saya gak punya maksud apa-apa ketika memposting tulisan ini. Saya juga bukan mau mengubah blog saya menjadi semacam blog “pendidikan”. Tulisan ini anggap saja sebagai pengingat saya ketika saya lupa akan maksud dari kata di atas.
Dan, kata tersebut dia atas saya dapatkan dari  sebuah contoh judul skripsi yang akan saya jadikan panduan. Heran kenapa saya bilang (re:ketik) Skripsi? Padahalkan saya masih semester 4 ya?
Nah, ini dikarenakan saya yang sekarang masih duduk dibangku kuliah semester 4 ini dikaruniai sebuah anugerah dari Allah yaitu mendapat IP selalu di atas 3 (bukannya sombong lho) sehingga setiap semesternya selalu bisa mengambil SKS sebanyak 24 SKS. Kali ini SKS saya kelebihan dan tak sesuai dengan jumlah mata kuliah wajib di semester 4 ini. Jadilah saya memprogramkan mata kuliah semester 6 yaitu Penelitian Pendidikan. Mata kuliahnya lumayan menyenangkan. Dan yang paling penting bikin BANGGA *senyum pipsoden dong*.  Gimana enggak bangga coba, saya duduk sederetan dengan senior-senior setingkat lebih tinggi dari saya. Kami setara! Hihihi…
Ternyata kesenangan ini dengan segera berubah menjadi icon sadness. Diminggu keempat, tugasnya gak tanggung-tanggung lagi. Buatlah “semacam” SKRIPSI!
Luntang-lantung kesana kemari mencari info. Untunglah di mata kuliah Writing II saya sedikit mendapat pencerahan. Dan sekarang sedang berusaha mengerjakannya. Dengan judul “Analisis Makna Implisit Pada Novel A Thousand Splendid Suns Karya Khaled Hosseini dan Terjemahannya”.
Akhirnya, saya hanya bisa memohon doa dari kalian semua semoga saya bisa menyelesaikannya dengan segera…
Wish me luck!