Saturday, June 18, 2011

Another One-Shot Short Story, MASAK

Sudah beberapa hari minggu dilewatkan Cika dengan menyibukkan dirinya di dapur.  Tak seperti biasanya setiap hari sabtu tiba, begitu pulang dari sekolah, Cika pasti dengan bersemangatnya segera duduk dan berkumpul dengan Ayah Ibu serta Tio, kakak laki-lakinya. Mereka merencanakan akan kemana untuk menghabiskan weekend mereka.. Tak lagi ada Cika yang dengan mata berbinar-binar sedang menceritakan sebuah tempat wisata yang baru saja dibuka khusus untuk liburan keluarga atau sebuah restoran berpanorama alam yang dilengkapi dengan wahana bermain. Kini, setiap hari sabtu siang, ia lebih memilih duduk di depan laptop dengan skin-ground hijau kesayangan dan membuka situs khusus resep masakan. Kemudian di sore harinya ia segera menuju ke supermarket yang terletak 3 blok dari rumahnya untuk membeli bahan-bahan masakan yang akan ia buat keesokan harinya.
            Perubahan ini benar-benar terasa semenjak ia datang di acara meet and greet, Galang Fahreza, salah satu penyanyi bertampang cute yang melejit berkat album pertamanya dengan hits single yang easy-listening dan banyak di gandrungi para gadis muda. Di setiap sudut kamar Cika, tertempel poster segede meja kerja Ayah yang tentu saja menggambarkan wajah-wajah cool nan imut Galang. Bahkan di agenda setebal novel Harry Potter yang selalu dibawanya kemana-mana itu, kini bukan terpajang fotonya dengan berbagai gaya, melainkan foto-foto Galang sejak ia bayi hingga menjadi penyanyi super keren pujaan Cika.
            Pagi ini, Cika mulai membuka lembaran demi lembaran hasil print-out setelah menjelajahi sebuah blog khusus kuliner nusantara kemarin. Lalu di keluarkannya semua bahan-bahan yang juga telah dibelinya sejak kemarin sore. Dia lalu meletakkan lembaran resepnya di dekat rak bumbu yang disandarkan pada toples ukuran sedang tempat penyimpanan krupuk udang kesukaan Ayah yang masih mentah.
Ayah, Ibu dan Kak Tio pun ikut berubah. Kebiasaan mereka di akhir pekan kini menjadi pengamat Cika yang sedang asyik berkecimpung dengan wajan dan  bumbu masak. Lalu setelah itu mereka akan dengan senang hati untuk duduk manis di meja makan sebagai penikmat masakan Cika.
Namun kali ini, Ibu sudah tak tahan dengan rasa penasarannya. Apa yang membuat Cika menjadi begitu akrab dengan dapur yang dulu hanya didatanginya ketika jam makan tiba atau saat Cika ingin mengambil sesuatu dari kulkas? Ketika Cika sedang mengaduk-aduk tumisan bawang, cabe dan jahenya, Ibu mendekat. Awalnya hanya mengikuti gerakan tangan Cika yang terlihat mulai luwes menggerak-gerakkan spatula hingga kemudian berdehem dan memulai percakapan.
“Hmm, Cik masak apa lagi nih?”
“Eh Ibu, ini Cika lagi masak gurame saus asam.”
Ibu menengok ke arah Ayah dan Kak Tio yang sedari tadi berdiri menguping pembicaraan Ibu dan Cika. Rupanya mereka juga ingin segera menghilangkan pertanyaan-pertanyaan tentang perubahan Cika dari benak mereka.
“ Ini, Ibu mau tanya kok Cika jadi suka dekat-dekat sama dunia masak-memasak sih sejak pulang dari acara ketemuan sama si penyanyi muda itu? Cika gak kena mantra siapa-siapa kan?” Raut wajah Ibu terlihat hati-hati, takut Cika menjadi tersinggung.
“Ah nggak kok Bu, cuma waktu itu Cika sempat ngajuin pertanyaan buat Galang gitu, Cika bilang aja kan kalo Galang diidolain sama cewek-cewek tuh trus sebenarnya cewek idamannya yang kayak gimana, nah si Galang bilang kalo di sukanya sama cewek yang pinter masak. Jadi gitu deh Bu.” Cika lalu terlihat senyam senyum sendiri dengan mata menerawang .
Ucapan Kak Tio selanjutnya lalu berhasil mengalihkan pandangan Cika dari plafon dapur menjadi menatap heran ke arahnya.
“ Emang udah yakin si Galang itu tau kalo kamu udah bisa masak sekarang?”
“He-eh iya ya… Trus aku udah susah payah gini gimana dong?” Cika memasang tampang tak berdosanya sambil memutar-mutar kedua bola matanya.
Suasana dengan segera menjadi riuh dengan gelak tawa mereka semua, tak terkecuali Cika.


No comments: