Saturday, February 12, 2011

Ada Apa Dengan Amy ?

Cerpen ini adalah salah satu cerpen saya yang akhirnya menembus publikasi nasional *elaah gayanya* via Majalah Gadis Edisi 21 Januari 2011. Cerpen saya ini termuat dalam rubrik “Percikan”. Wah senangnya cerpen saya bisa dibaca sama teman-teman se-Indonesia. Sebenarnya ada perasaan malu juga tapi ini dia yang membingungkan, sepertinya perasaan ini bukan malu deh :-D trus apa dong? Pokoknya malu aja. Tiap ada yang ngungkit soal cerpen saya ini, bawaannya mau nutupin wajah pake telapak tangan, hehehe. Dasar aneh. Tapi begitulah. Kadang masih ada rasa tak percaya juga. Kalo yang muat koran lokal, rasanya masih pantas tapi ini  majalah remaja terkemuka se-Indonesia. Dan saya hanya bisa berucap, “Alhamdulillah…”  And, this is the story. Happy reading ^_^

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ada Apa Dengan Amy ?

Pagi ini ekspresi bahagia sepertinya sedang bermusuhan dengan wajah Amy. Matanya sembap.  Ia juga masih terisak. Amy berjalan menunduk seakan dengan melihat lantai kesedihannya akan segera menghilang dan terkubur jauh di bawah lantai itu.. Siswa lainnya yang dijumpainya di koridor sekolah hanya bisa menatapnya heran. Seorang Amy yang begitu lincah dan riang nampak berbeda hari ini. Tatapannya kosong. Wajahnya kusut.
Ketika sampai di dalam kelas, Amy langsung menempati kursinya. Tak menghiraukan lagi Kina, teman sebangkunya yang sedari tadi melambai dan memanggil namanya untuk segera bergabung dengan Acha dan Tari di deretan kursi di pojokan belakang.
Setelah mereka bertiga saling berpandangan, Acha bersuara “Amy kok nyuekin kita?” Tari dan Kina hanya mengangkat bahu tanda tak mengerti. “Apa Amy marah sama kita?” Lanjut Acha lagi. “Tapi perasaan kemarin pas pulang nongkrong dari cafĂ© Etnic, kita nggak ada masalah. Ya kan?”
Kina segera mendekati Amy. Dilihatnya pundak Amy bergetar. Amy menangis? Ada apa ini? Kina semakin tak memahami keadaan. “My, lo kenapa?” Kina yang sudah mengambil posisi duduk di sebelah Amy melingkarkan tangannya di pundak Amy. Ia tak mengerti kenapa Amy terlihat  berbeda hari ini.
“Gue nggak pa-pa kok, Na.”
Nggak apa-apa gimana? Amy sesegukan, jelas bahwa sesuatu yang buruk sedang menimpanya. Merasa tak puas, Kina ingin tahu lebih lanjut   “Tapi …”
“Pliss, Na, jangan nanya-nanya dulu.” Amy semakin terisak.
Untuk beberapa saat Kina terdiam, ia terpaku dan mencoba mengerti keadaan Amy. “Ya udah, My, kalo emang nangis bisa bikin lo tenang silakan aja. Gue nggak bakal nanya-nanya lagi. Tapi ntar lo cerita ya sama gue kenapa lo bisa sesedih ini.” Kina mengusap punggung Amy. Dia memberi isyarat kepada Acha dan Tari. Mereka cukup mengerti dengan maksud tatapan Kina, Amy sedang sedih dan tak ingin diganggu. Mereka berdua hanya menganggukkan kepala.
Tak lama kemudian, bel masuk berbunyi. “Sori My, bukannya apa-apa tapi bentar lagi Pak Mahdi bakalan masuk, nggak bagus kan kalo lo belajar sambil nangis gini?” Amy menyeka airmatanya. Menarik napas dan kemudian menyiapkan alat tulisnya. Selang beberapa menit, Pak Mahdi masuk dan memulai pelajaran Bahasa Indonesia hari ini.
Ketika mendengar bunyi bel istirahat, semua siswa segera berlari keluar kelas. Mereka tidak ingin membiarkan cacing-cacing di perut mereka melakukan aksi yang semakin sadis. Terkecuali Kina dan Amy. Tadinya Tari dan Acha juga ingin bergabung namun Kina mendelik menandakan bahwa ia yang akan mengurus Amy. Setelah suasana mulai tenang, Kina duduk menghadap Amy. Menunggu penjelasan Amy tentang kejadian apa yang membuat Amy begitu bersemangatnya untuk menampakkan airmatanya pada orang-orang.
“Na, mungkin masalahnya nggak banget buat lo tapi gue mohon lo jangan nganggap gue cengeng atau apa. Ayah, Bunda sama Ka Uni malah bingung setelah dengar penjelasan gue”. Kina mengangkat alisnya sambil menganggukan kepalanya. Menyetujui dan menantikan kata-kata Amy selanjutnya.
“Gini, tadi pagi pas sebelum berangkat ke sekolah gue masuk kamar Bunda. Gue mau ngambilin dompet Bunda soalnya Bunda udah janji mau ngasih tambahan uang saku buat gue hari ini tapi dompetnya masih di kamar. Ya udah gue masuk aja. Dan… Gue ngedapetin satu barang di situ. Gue nangis gini gara-gara benda itu.”
“ Be..benda apa, My?” Kina mulai heboh dengan pikirannya sendiri. Kenapa bisa buat Amy jadi gini?
“ Pas gue pake, serasa copot terus berdarah, Na. Gue nggak mikir dua kali lagi. Langsung aja gue nangis. Sebenarnya bukan gara-gara itu, gue cuma berusaha nyembunyiin yang terjadi aja. Lagipula mata gue membengkak sebelah. Gue pikir dengan nangis, bakal bengkak dua-duanya. Jadinya orang nggak bakalan tau.
“ Maksud lo?” Kina semakin bingung, semakin nggak paham. “ Jadi gara-gara apa?” Kina ngeri membayangkan apa yang terjadi sama Amy. “My?”
“ Sakit banget tau nggak…. Gue nggak ahli pakenya.” Amy terdiam sejenak. Dan sebelum tangisnya meledak,  “Jepit bulu mata, Na. Jepit bulu mata Bunda nyakitin gue.” Bersamaan dengan tawa Kina yang terdengar sampai keluar kelas

2 comments:

Yuni Murharjanti said...

Cerpennya bener2 bagus kok..nggak salah klo ajalah gadis meng-ekpose nya! Anda lebih bersemangat lagi. Oh ya tempat2 wisata di poso-nya terasa lebih komplit klo ada fotonya. Sebagian tak cari2 gambarnya waktu browser belum ada ato dikit banget. Aku tunggu follow dan kunjungan baliknya, akan lebih smangat klo kita banyak teman utk berbagi..makin membangkitkan kreatifitas. Salam persahabatan!

Cerita Indah said...

Makasih ya atas support dan pujiannya. Smoga smkin menambah semangat sy utk membuat karya-karya lainnya.

Makasih untuk saran wisata Posonya. Insya Allah akan saya posting fotonya.

Warmest
Winda Pontoh