Teringat kisah beberapa waktu yang lalu ketika seorang teman
mengkritikku. Saat itu hanya bisa tersenyum bahagia karena masih
dipedulikan namun juga nyesek karena semua penilaiannya salah. Saat itu
sebenarnya hanya ingin berkata “hey.. itu bukan aku!”.
Mungkin semua berawal dari kegemaranku berkicau di twitter dan media
lain. Menulis banyak hal, ngobrol dengan orang-orang (yang sebagian
bahkan tidak pernah kutemui), memajang aktifitas yang (tidak semuanya
benar-benar) kulakukan.
Bagiku, dunia maya tetaplah dunia maya. Disana aku (dan orang lain)
bisa menjadi siapa saja, bisa menjadi apa saja, bisa berekspresi apa
saja sesuka hati tak peduli itu benar-benar nyata atau tidak.
Dunia maya… tempat dimana fact and fake jadi satu. Disana aku
belajar. Disana aku bekerja. Disana aku bisa tertawa. Disana aku bisa
menangis. Dan dari sana juga aku menemukan orang-orang baru yang secara
nyata bisa menceriakan hari-hariku namun dari sana juga aku
‘ditinggalkan’ orang-orang yang seharusnya saat ini membuatku tersenyum.
Semua jadi pelajaran bahwa ternyata apa yang kubaca belum tentu
sebuah kebenaran, apa yang kulihat belum tentu itu adalah kenyataan dan
apa yang kudengar belum tentu itu adalah fakta.
Butuh untuk lebih mengenal, memahami dan mengerti sebelum menilai.
Butuh untuk mengkroscek sebelum menghakimi bahwa itu salah atau benar,
bahwa itu nyata atau palsu, bahwa itu fakta atau kebohongan.
Not everything you read is True.
Not everything you see is Real.
Not everything you hear is Fact.
Source: viraphier